ASUHAN
KEBIDANAN IBU HAMIL PADA Ny. T UMUR 25 TAHUN
DI
BANGSAL MELATI RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN
SUMARSO
WONOGIRI
Diajukan untuk memenuhi Tugas
Praktik Klinik Kebidanan
III
Di
RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SOEMARSO
Disusun oleh :
Niken
Retnaningtyas (10. 03. 144)
Nur
Annafi (10.
03. 148)
Nur
Prasetyowati A (10. 03.
150)
Venila
Fibri Dwi U (10. 03. 168)
PROGRAM
STUDI DIII KEBIDANAN
POLITEKNIK
KESEHATAN BHAKTI MULIA SUKOHARJO
2013
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA Ny. T UMUR 25 TAHUN
G2 P1 A0 HAMIL 13+1
MINGGU DENGAN ABORTUS INKOMPLETUS
DI BANGSAL MELATI RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN
SUMARSO WONOGIRI
Diajukan untuk memenuhi Tugas
Praktik Klinik Kebidanan
III
Di
RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SOEMARSO
WONOGIRI
Mengetahui CI / PembimbingLahan
Hj. Siti
Samsyiah, Amd.Keb
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Tujuan.......................................................................................... 2
C. Manfaat ....................................................................................... 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kehamilan.................................................................................... 5
B. Abortus ....................................................................................... 12
C. Abortus Inkompletus................................................................... 13
D. Manajemen Kebidanan................................................................ 18
BAB III TINJAUAN KASUS
Asuhan Kebidanan 7 Langkah Varney............................................ 22
BAB IV PEMBAHASAN
A. Kesenjangan ................................................................................ 41
B. Pembahasan................................................................................. 41
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 42
B. Saran............................................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kesehatan
ibu di Indonesia masih jauh dari yang diharapkan karena masih besarnya angka
kematian ibu. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator kesehatan ibu, dewasa ini masih
tinggi di Indonesia bila dibandingkan dengan AKI di Negara ASEAN lainnya (Depkes, 2011) dalam Ika fauziah (2012).
Angka
kematian ibu merupakan target dalam tujuan pembangunan Millenium (Millenium
Development Goals/MDGs) dalam rangka mengurangi tiga
per empat jumlah perempuan yang meninggal selama hamil dan melahirkan pada
2015. Di sisi lain penurunan AKI periode 1990-2015 ternyata hanya diperkirakan
akan mencapai 52-55% sehingga target MDG’s tentang AKI kemungkinan besar masih
sulit dicapai (Bapenas, 2007).
Menurut
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2010, angka kematian ibu masih cukup tinggi, yaitu 228 per 100.000
kelahiran hidup, tidak mengalami perubahan sejak dilakukan survei tahun 2007.
Sedangkan cakupan yang diharapkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) ke-5
tahun 2015 yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup (BKKBN, 2012).
Yang
menjadi sebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan (27%),
pre-eklampsia atau eklampsia (23%) kemudian infeksi (11%), abortus (5%),
komplikasi puerperium (5%), trauma obstetrik (5%), emboli obtetrik (5%), partus
lama (5%) dan lain-lain (11%) (Profil Kesehatan Indonesia, 2010).
Perdarahan
merupakan penyebab kematian ibu terbanyak. Perdarahan dapat terjadi pada setiap
usia kehamilan, dan pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian
abortus (Sarwono, 2008).
Diwilayah
Asia Tenggara, World Health Organization (WHO) memperkirakan 4,2 juta abortus
dilakukan setiap tahunnya diantaranya 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di
Indonesia. Risiko kematian akibat abortus tidak aman di wilayah Asia Tenggara
di perkirakan antara satu sampai 250, Negara maju hanya satu dari 3700. Angka
tersebut memberikan gambaran bahwa masalah abortus di Indonesia masih cukup
tinggi ( Lusa, 2012).
Abortus
adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup
diluar kandungan (Nugroho, 2010).
Macam
abortus ada 4 yaitu abortus spontan, abortus infeksiosa, Missed Abortion, dan
abortus habitualis. Abortus spontan sendiri meliputi abortus imminens, abortus
insipiens, abortus inkomplit, dan abortus komplit
Abortus
inkompletus ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Terjadi ketika plasenta
tidak dikeluarkan bersama janin pada saat terjadi aborsi (Varney, 2007).
Komplikasi
abortus jika tidak ditangani dapat terjadi perdarahan, perforasi, infeksi dan
syok.
Dilihat
dari besarnya dampak yang diakibatkan oleh abortus, maka penulis ingin
mengambil kasus dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. T G2 P1 A0
UMUR 25 TAHUN HAMIL 13+1 MINGGU DENGAN ABORTUS INKOMPLETUS DI BANGSAL MELATI
RSUD WONOGIRI“
B.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Mahasiswa
mampu memahami dan mengkaji mengenai abortus yang terjadi pada ibu hamil
dan mampu melaksanakan asuhan pada ibu
hamil patologi dengan abortus inkompletus secara komprehensif menggunakan manajemen
7 langkah Varney.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mengkaji data subyektif dan data obyektif pada ibu hamil dengan
abortus inkompletus.
b.
Menginterpretasikan
data dasar dan merumuskan diagnosa kebidanan pada ibu hamil dengan abortus
inkompletus.
c.
Menentukan diagnosa
potensial pada ibu hamil dengan abortus inkompletus.
d.
Menentukan tindakan
segera pada ibu hamil dengan abortus inkompletus.
e.
Membuat rencana asuhan
kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkomplietus.
f.
Melaksanakan tindakan
asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkompletus.
g.
Mengevaluasi tindakan
asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkompletus.
h.
Mengetahui kesenjangan
antara teori dengan lahan setelah dilakukan tindakan asuhan kebidanan pada ibu
hamil dengan abortus inkompletus.
C.
Manfaat
1.
Bagi Masyarakat
khususnya ibu hamil
Dapat digunakan sebagai landasan akan pentingnya Antenatal
Care selama kehamilan terutama berkaitan dengan konseling aktifitas,
kebersihan dan pola seksual ibu sehari-hari.
2.
Bagi Tenaga Kesehatan /
Rumah Sakit
Dapat menambah wawasan bagi
tenaga kesehatan, sehingga dapat mengenali secara dini tanda-tanda bahaya
kehamilan.
3.
Bagi Institusi Pendidikan
Menambah ilmu pengetahuan
tentang asuhan kebidanan ibu hamil patologi umur kehamilan 13+1 minggu dengan Abortus inkompletus
dan memperkaya referensi sebagai bahan referensi.
4.
Bagi Instansi Kesehatan
Dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dalam
penanganan klien, terutama ibu hamil dengan abortus
inkompletus.
5.
Bagi Penulis
Menambah
pengetahuan dan pengalaman
mengenai asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkompletus.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Kehamilan
1.
Definisi
Kehamilan
merupakan fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan
dengan nidasi atau implantasi, sehingga terbentuknya bayi dalam waktu 280 hari
atau 40 minggu (Prawirohardjo, 2008).
Menurut
Kusmiyati, dkk (2008), untuk terjadinya kehamilan harus ada spermatozoa, ovum,
pembuahan ovum (konsepsi), dan nidasi (implantasi) hasil konsepsi.
a.
Spermatozoa
Spermatozoa
atau sel sperma adalah sel dari sistem reproduksi laki-laki. Spermatozoa
terdiri dari 3 bagian yaitu kaput (kepala), ekor yang berguna untuk bergerak,
bagian silindrik, menghubungkan kepala dan ekor. Pada saat coitus kira-kira 3-5
cc semen ditumpahkan ke dalam fornik posterior, dengan jumlah spermatozoa sekitar
200-500 juta. Dengan gerakan ekornya sperma masuk ke dalam kanalis servikalis.
Di dalam rongga uterus dan tuba gerakan sperma terutama disebabkan oleh
kontraksi otot-otot pada organ tersebut.
b.
Ovum
Ovum
atau sel telur adalah sel reproduksi yang dihasilkan dari ovarium pada wanita.
Merupakan sel terbesar pada badan manusia. Setiap bulan satu ovum atau
kadang-kadang lebih menjadi matur, dengan sebuah penjamu mengelilingi sel
pendukung.
c.
Konsepsi
Yaitu
pertemuan antara sperma dan sel telur yang menandai awal kehamilan. Pada waktu
ovulasi, sel telur yang telah masak dilepaskan dari ovarium. Ovum yang lepas
oleh ovarium dibawa oleh mikrofilamen fimbria infundibulum tuba ke arah ostium
tuba abdominalis dan disalurkan ke arah medial. Jutaan spermatozoa ditumpahkan
di fornik vagina dan sekitar porsio pada waktu koitus. Hanya beberapa ratus
ribu spermatozoa dapat terus ke kavum uteri dan tuba, dan hanya beberapa ratus
dapat sampai ke bagian ampula tuba, spermatozoa dapat memasuki ovum yang telah
dibuahi. Hanya satu spermatozoa yang mempunyai kemampuan untuk membuahi ovum.
Penyatuan ovum dam spermatozoa yang berlangsung di ampula tuba mengalami
penetrasi. Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan
zigot dan pembelahan selanjutnya. Dalam 3 hari terbentuk kelompok sel yang sama
besarnya yang berada dalam stadium morula (Prawirohardjo, 2008).
d.
Nidasi (implantasi)
Nidasi
adalah penempelan blastosis ke dinding rahim, yaitu pada tempatnya tertanam.
Pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula disebut blastokista
yang diselubungi oleh suatu simpai disebut trofoblas. Trofoblas antara lain
menghasilkan hormon human chorionic
gonadotropin (hCG). Umumnya nidasi terjadi di dinding depan atau belakang
uterus, dekat pada fundus uteri. Selanjutnya hasil konsepsi akan bertumbuh dan
berkembang di dalam endometrium (Prawirohardjo, 2008).
3.
Macam-Macam Kehamilan
Kehamilan dibagi
menjadi 2, yaitu :
a. Kehamilan
fisiologi
Merupakan
masa kehamilan dimulai hasil dari konsepsi sampai lahirnya janin tanpa adaya komplikasi
maupun kelainan yang berhubungan langsung dengan kehamilan. Lamanya hamil
normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama
dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai
6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Saifuddin, dkk,
2006).
b. Kehamilan
patologi
Menurut
Suparyanto (2011), Patologi kehamilan adalah penyulit atau gangguan atau
komplikasi yang menyertai ibu saat hamil. Komplikasi yang berhubungan dalam
kehamilan yaitu
1)
Hyperemesis gravidarum
2)
Mola hidatidosa
3)
Kelainan lamanya
kehamilan
4)
Kehamilan ganda
5)
Kelainan air ketuban
6)
Abortus
7)
Kehamilan ektopik
terganggu
8)
Hipertensi dan pre
eklampsia atau eklampsia
4.
Tanda-Tanda Kehamilan
Tanda
kehamilan merupakan perubahan fisiologi pada ibu atau seorang perempuan yang
mengindikasikan bahwa ia telah hamil (Prawirohardjo, 2008). secara klinis
tanda-tanda kehamilan dapat dibagi dalam 2 kategori yaitu tanda yang tidak
pasti dan tanda kepastian hamil, antara lain :
a.
Tanda tidak pasti (probable signs) atau tanda mungkin
kehamilan
Tanda
tidak pasti kehamilan adalah karakteristik- karakteristik fisik yang bisa
dilihat, diukur oleh pemeriksa dan lebih spesifik dalam hal perubahan
psikologis yang disebabkan oleh kehamilan, meliputi :
1)
Amenorhea, adalah
terlambat haid yang bisa disebabkan oleh beberapa faktor.
2)
Mual dan muntah
3)
Mastodinia, adalah rasa
kencang dan sakit pada payudara disebabkan payudara membesar karena pengaruh
estrogen dan progesteron.
4)
Quickening, adalah
persepsi gerakan janin pertama.
5)
Keluhan kencing
Frekuensi
kencing bertambah dan sering kencing malam, disebabkan karena desakan uterus
yang membesar dan tarikan oleh uterus ke kranial.
6)
Konstipasi, terjadi
karena efek relaksasi progesteron atau karena perubahan pola makan.
7)
Perubahan berat badan
8)
Perubahan temperatur
basal, terjadi kenaikan temperatur basal lebih dari 3 minggu.
9)
Perubahan warna kulit
10) Perubahan
payudara
11) Perubahan
pada uterus
12) Tanda
piskacek’s, terjadinya pertumbuhan yang asimetris pada bagian uterus yang dekat
dengan implantasi plasenta.
13) Perubahan-perubahan
pada serviks
(1) Tanda
Hegar, berupa perlunakan pada daerah isthmus uteri.
(2) Tanda
Goodell’s, serviks terasa lebih lunak.
(3) Tanda
Chadwick, dinding vagina mengalami kongesti, warna kebiru-biruan.
(4) Tanda
Mc Donald, yaitu fundus uteri dan serviks bisa dengan mudah difleksikan satu
sama lain.
14) Terjadi
pembesaran abdomen
15) Kontraksi
uterus, tanda ini muncul belakangan dan pasien mengeluh perutnya kencang, tapi
tidak disertai rasa sakit.
16) Pemeriksaan
tes biologis kehamilan
Pada pemerksaan
ini hasilnya positif, dimana kemungkinan positif palsu.
b.
Tanda pasti kehamilan
Tanda pasti hamil adalah penemuan-penemuan
keberadaan secara jelas adanya buah kehamilan sehingga tidak bisa dijelaskan
dengan kondisi kesehatan yang lain.
1)
Denyut jantung janin
(DJJ) untuk memastikan kesejahteraan janin.
2)
Palpasi abdomen untuk
memastikan letak/posisi janin dan gerakan janin (Kusmiyati ,dkk, 2008).
5.
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kehamilan
a.
Faktor fisik
Faktor
fisik merupakan penentuan dan dugaan terhadap kehamilan yang terkait dengan
pengetahuan tentang awal kehamilan (Prawirohardjo, 2008).
b.
Status kesehatan/
penyakit
Status
kesehatan berpengaruh terhadap kehamilan karena menjadi dasar dalam identifikasi
faktor resiko pada kehamilan. Ada 2 klasifikasi dasar yang berkaitan dengan
status kesehatan yang dialami ibu hamil yaitu :
1)
Penyakit akibat
langsung pada kehamilan
Merupakan
penyakit yang berpengaruh terhadap kondisi kehamilan, yaitu: hyperemesis
gravidarum, preeklampsia/ eklampsia, kelainan lamanya kehamilan, kehamilan
ektopik, kelainan plasenta, perdarahan antepartum, gemelli.
2)
Penyakit tidak langsung
berhubungan pada kehamilan
Merupakan
penyakit tidak langsung berhubungan pada kehamilan, yaitu penyakit atau
kelainan alat kandungan, penyakit kardiovaskuler, penyakit darah, penyakit
saluran nafas, penyakit traktus digestivus, penyakit hepar, penyakit ginjal,
penyakit endokrin, penyakit saraf dan penyakit menular (Kusmiyati, dkk, 2008).
c.
Gizi
Faktor
gizi sangat berpengaruh terhadap status kesehatan ibu selama hamil serta guna
pertumbuhan dan perkembangan janin. Antara lain dengan pemenuhan zat gizi yaitu
asam folat, energi atau karbohidrat, protein, zat besi (Fe), kalsium, suplemen
vitamin D, yodium (Kusmiyati, dkk, 2008).
d.
Gaya Hidup
Seperti
kebiasaan minum jamu yang beresiko bagi kehamilan, karena dapat membahayakan
tunbuh kembanng janin seperti kecacatan, abortus, BBLR, partus prematurus,
asfiksia neonatorum, kematian janin. Selain itu, mitos, kepercayaan, aktivitas
seksual, pekerjaan atau aktivitas sehari-hari juga termasuk dalam gaya hidup
yang berpengaruh dalam kehamilan (Kusmiyati, dkk, 2008).
e.
Substance Abuse
Substance
abuse adalah perilaku yang merugikan atau membahayakan bagi ibu hamil, seperti
penggunaan obat-obat selama hamil merokok, alkohol atau kafein, ketergantungan
obat, sinar radiasi (Kusmiyati, dkk, 2008).
1)
Kehamilan di luar nikah
dan kehamilan tidak diinginkan.
2)
Kehamilan dengan
kematian janin dalam kandungan (Kusmiyati, dkk, 2008).
f.
Faktor Psikologis atau
kelainan jiwa dalam kehamilan
Ada
beberapa keadaan spesifik dalam kehamilan yang mungkin juga menimbulkan
kelainan jiwa atau gangguan psikologis misalnya hyperemesis grvidarum, abortus,
pre eklampsia atau eklampsia (Kusmiyati, dkk, 2008).
6.
Tanda
Bahaya Kehamilan
Kehamilan
merupakan hal yang fisiologis, namun kehamilan yang normal dapat berubah
menjadi patologi (Kusmiyati, dkk, 2008). Salah satu asuhan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan untuk menapis adanya resiko ini yaitu melakukan pendeteksian
dini adanya komplikasi atau penyakit yang mungkin terjadi selama hamil muda.
Menurut Cibermed (2006) kelainan pembentukan organ (malformasi)
paling banyak terjadi pada trimester pertama kehamilan yang merupakan merupakan
masa-masa pembentukan organ dimana embrio sangat rentan terhadap efek
obat-obatan atau virus. Menurut Manuaba (2008) gawat darurat pada hamil muda
antara lain terjadi hyperemesis gravidarum, abortus, kehamilan ektopik, dan
mola hidatidosa.
Menurut Salmah (2006) yang perlu diketahui pasien dan keluarga
untuk mengenal tanda bahaya kehamilan pada trimester 1 dan 2 yaitu perdarahan yang keluar dari jalan
lahir, hiperemesis, preeklamsi dan eklamsia, ketuban pecah dini, dan gerakan
janin yang tidak dirasakan. Adapun salah satu tanda bahaya yang
penulis uraikan di sini adalah perdarahan yang keluar dari jalan
lahir, yang bisa terjadi pada trimester 1 dan 2 kehamilan dapat
dibedakan menjadi: abortus yaitu pengakhiran kehamilan dengan cara apapun
sebelum janin cukup berkembang untuk dapat hidup di luar kandungan. Ada
beberapa bentuk abortus yaitu abortus imminens, abortus insipien, abortus
inkomplit, abortus komplit, abortus infeksius, missed abortion; plasenta previa
yaitu keadaan ketika plasenta terletak di tempat yang tidak normal yaitu di
segmen bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
interna. Plasenta previa terdiri dari plasenta previa totalis, plasenta previa
lateralis, plasenta previa marginalis, plasenta letak rendah; dan solusio
plasenta yaitu peristiwa terlepasnya plasenta dari tempatnya yang normal
sebelum anak lahir. Dari uraian tersebut akan dijelaskan lebih lanjut
mengenai tanda bahaya perdarahan hamil muda yaitu tentang abortus
khususnya abortus inkomplit.
B.
Abortus
1.
Pengertian
Abortus
adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup diluar
kandungan (Nugroho, 2010).
2.
Macam-macam
a.
Abortus Spontan
Adalah terminasi kehamilan sebelum
periode viabilitas janin atau sebelum gestasi minggu ke 20 atau berat badan 500
gram (Varney, 2007).
Abortus spontan dibagi menjadi:
1)
Abortus Imminens
Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang
menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi
seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan. (Syaifudin,
2006)
2)
Abortus Insipiens
Ialah peristiwa perdarahan uterus
pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi servik uteri yang
meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. (Varney, 2007).
3)
Abortus Inkompletus
Ialah pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal
dalam uterus. Terjadi ketika plasenta tidak dikeluarkan bersama janin pada saat
terjadi aborsi (Varney, 2007).
4)
Abortus Kompletus
Perdarahan pada kehamilan muda
dimana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri (Saifuddin,
2006).
b.
Abortus Infeksiosa
Adalah abortus yang diserta
komplikasi infeksi. Adanya penyebaran kuman atau toksin kedalam sirkulasi dan
kavum peritoneum dapat menimbulkan septikemia, sepsis atau peritonitis. Atau
disebut juga abortus yang disertai infeksi pada genetalia sedang (Sarwono, 2008).
c.
Missed Abortion (Retensi Janin Mati)
Perdarahan pada kehamilan muda
disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati hingga 8 minggu atau
lebih. Kematian janin berusia 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak
dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih (Sarwono, 2008)
d.
Abortus Habitualis
Ialah abortus spontan yang terjadi 3
kali atau lebih berturut-turut (Manuaba, 2001).
C.
Abortus
Inkompletus
1.
Pengertian
Abortus
inkompletus adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di
dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka
dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri
eksternum, perdarahannya masih terjadi dan jumlahnya bisa banyak atau sedikit
bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian placental site
masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus (Saifuddin, 2006).
2.
Etiologi
Penyebab keguguran sebagian tidak diketahui secara
pasti tetapi terdapat beberapa faktor sebagai berikut :
a.
Faktor pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan
pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan
yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan. Gangguan pertumbuhan dapat terjadi
karena:
1)
Kelainan kromosom
Kelainan yang sering terjadi pada
abortus spontan ialah: trisomi poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom
seks (Sarwono, 2008).
2)
Lingkungan kurang sempurna
Bila
lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna,
sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
3)
Pengaruh dari luar
Radiasi,
virus, obat-obatan dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun
lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh
teratogen (Sarwono, 2008).
b.
Kelainan pada placenta
Endarteritis
dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenasi placenta
terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin.Keadaan
ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
(Sarwono, 2008) Gangguan pembuluh darah placenta, di antaranya pada DM (Manuaba, 2001).
c.
Penyakit ibu
Penyakit
mendadak seperti tifus abdominalis, pielonefritis, malaria dan lain-lain dapat
menyebabkan abortus toxic, virus dan plasmodium dapat melalui placenta masuk ke
janin, sehingga menyebabkan kematian janin kemudian terjadilah abortus. Anemia
berat, keracunan, toksoplasmosis juga dapat menyebabkan abortus walaupun lebih
jarang (Sarwono, 2008).
d.
Kelainan tractus genitalis
Retroversio
uteri, mioma uteri atau kelainan bawaab uterus dapat menyebabkan abortus.Tetapi
harus diingat bahwa retroversio uteri gravidi inkarserata atau mioma submukosa
yang memegang peranan penting. Sebab lain abortus ialah servik inkompeten yang
dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada servik, dilatasi berlebihan,
amputasi atau robekan servik luas yang tidak dijahit.
3.
Gambaran klinis
a.
Terlambat haid atau
amenorrhea kurang dari 20 minggu.
b.
Pada pemeriksaan fisik
keadaan umum tapak lemah, kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun,
tekanan nadi cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
c.
Perdarahan pervaginam
mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi.
d.
Rasa mulas atau kram
perut di daerah sympisis, sering nyeri pinggang akibat kontraksi uterus.
e.
Pemeriksaan dalam :
1)
Servik masih membuka,
mungkin teraba jaringan sisa
2)
Perdarahan mungkin
bertambah setelah pemeriksaan dalam
f.
Pembesaran uterus
sesuai usia kehamilan
g.
Tes kehamilan mungkin
masih positif akan tetapi kehamilan tidak dapat dipertahankan (Manuaba, 2001).
4.
Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan
desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan
hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut (Nugroho, 2010).
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu,
villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat
dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah
lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak
perdarahan.
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu
janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam
bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas
bentuknya (blighted ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta,
fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus ( Mochtar, 2001).
5.
Komplikasi
abortus
Komplikasi
yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi dan syok.
a.
Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan
pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian
tranfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan
tidak diberikan pada waktunya.
b.
Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat
terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperrentrofleksi.
c.
Infeksi
Pada abortus septic virulensi
bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke miometrium, tuba, parametrium dan
peritoneum. Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum
atau sepsis dan kemungkinan diikuti oleh syok.
d.
Syok
Pada abortus biasanya terjadi karena
perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat (Sarwono, 2008).
6.
Penatalaksanaan Abortus
inkompletus
a.
Bila disertai syok
karena perdarahan segera pasang infuse dengan cairan NaCl fisiologis atau
cairan Ringer Laktat, bila perlu disusul dengan transfuse darah.
1)
Setelah syok teratasi,
lakukan kerokan.
2)
Pasca tindakan berikan
injeksi metil ergometrin maleat intra muscular untuk mempertahankam kontraksi
otot uterus.
3)
Perhatikan adanya tanda
– tanda infeksi.
4)
Bila tak ada tanda –
tanda infeksi berikan antibiotika prifilaksis (ampisilin 500 mg oral atau
doksisiklin 100 mg).
5)
Bila terjadi infeksi
beri ampisilin I g dan metronidazol 500 mg setiap 8 jam. Abortus komplit tidak
memerlukan pengobatan khusus, cukup uterotonika atau kalau perlu antibiotika.
6)
Apabila kondisi pasien
baik, cukup diberikan tablet ergometrin 3×1 tablet/hari untuk 3 hari (Nugroho,
2010).
b.
Apabila pasien
mengalami anemia sedang, berikan tablet sulfas Ferosus 600 mg/hari selama 2
minggu disertai anjuran mengkonsumsi makanan bergizi (susu, sayuran segar,
ikan, daging, telur). Untuk anemia berat berikan transfusi darah.
7.
Peran Bidan pada
kehamilan dengan abortus
Peran
bidan pada ibu dengan abortus terdapat dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor
369. Disini
bidan perlu memiliki pengetahuan dasar diantaranya :.
a.
Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan/abortus.
b.
Adaptasi psikologis ibu sesudah bersalin dan abortus.
c.
Indikator subinvolusi: misalnya perdarahan yang
terus-menerus, infeksi.
d.
Kebutuhan asuhan dan konseling selama dan sesudah abortus.
e.
Tanda dan gejala komplikasi abortus.
Dan bidan perlu
memiliki keterampilan dasar diantaranya :
a.
Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang terfokus,
termasuk keterangan rinci tentang kehamilan, persalinan dan kelahiran.
b.
Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus pada ibu.
c.
Pengkajian involusi uterus serta penyembuhan perlukaan/luka
jahitan.
d.
Menyusun perencanaan.
e.
Mengidentifikasi infeksi pada ibu, mengobati sesuai
kewenangan atau merujuk untuk tindakan yang sesuai.
f.
Melakukan kolaborasi atau rujukan pada komplikasi tertentu.
g.
Memberikan antibiotika yang sesuai.
h.
Mencatat dan mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi
yang dilakukan.
D. MANAJEMEN
KEBIDANAN
1.
Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses
pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran
dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam
rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien.
Manajemen kebidanan menyangkut
pemberian pelayanan yang utuh dan menyeluruh dari kepada kliennya, yang
merupakan suatu proses manajemen kebidanan yang diselenggarakan untuk
memberikan pelayanan yang berkualitas melalui tahapan-tahapan dan
langkah-langkah yang disusun secara sistematis untuk mendapatkan data, memberikan
pelayanan yang benar sesuai dengan keputusan tindakan klinik yang dilakukan
dengan tepat, efektif dan efisien.
2.
Standar 7 langkah varney
Proses manajemen kebidanan terdiri
dari 7 langkah yang biasa disebut dengan 7 langkah Varney yang berurutan dimana
setiap langkah disempurnakan secara periodik.
Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.
Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu karangan lengkap yang dapat diuraikan
lagi menjadi langkah-langkah yang lebih rinci dan ketujuh langkah tersebut
adalah sebagai berikut :
a.
Langkah I (Pertama) : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini bidan mengumpulkan
semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien, untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara:
1)
Anamnesa
2)
Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan
tanda-tanda vital
3)
Pemeriksaan khusus
4)
Pemeriksaan penunjang
Data
harus dikumpulkan secara lengkap yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan
klien, yaitu :
1)
Riwayat kesehatan
2)
Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya.
3)
Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya.
4)
Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil
studi.
b.
Langkah II (Kedua) : Interprestasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan
identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa dan kebutuhan klien
berdasarkan interpretasi yang benar atau data-data yang telah dikumpulkan. Data
dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosa yang spesifik dan apabila ditemukan masalah dapat segera ditentukan
kebutuhan yang diperlukan berdasarkan masalah.
c.
Langkah III (Ketiga) : Mengidentifikasi Diagnosa atau
Masalah Potensial
Pada masalah ini kita
mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien,
bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini
benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang
aman.
d.
Langkah IV (Keempat) : Identifikasi Tindakan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan
segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani
bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.
e.
Langkah V ( kelima ) : Merencanakan Asuhan Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan
yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan lanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar
yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya
apa yang sudah diidentifikasikan dari kondisi klien atau dari siapa masalah
yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah
dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada
masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial, ekonomi, kultural atau masalah
psikologis. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan
rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian
membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
f.
Langkah VI (Enam) : Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana
asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke lima
dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan sepenuhnya
oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien,
atau tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap
memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya : memastikan
agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana).
g.
Langkah VII (Ketujuh) : Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan
evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan
kebutuhan, apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana
tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian
belum efektif (Dian, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. BKKBN 2012. 18 Mei 2012. [Diakses tanggal
15 Januari 2013]. Didapat dari: http://www.analisadaily.com/news/read/2012/05/18/51132/
bkkn_angka_kematian_ibu_terus_menurun/#.UPVA56z-11I
Anonymous. Permenkes 369 tahun 2007 tentang standar
bidan. [Diakses tanggal 10 Maret 2013]. Didapat dari: http://viorenshaflody.blogspot.com/2012/01/permenkes-369-th-2007-tentang-standar.html
Dian. Manajemen
Asuhan Kebidanan Pada Ny “F” Dengan Abortus Inkomplit. [Diakses 10
Maret 2013]. Didapat dari:
http//dianlatif90. Blogspot.feeds.
Ika Fauziah
Priani. Faktor- faktor yang mempengaruhi keteraturan ibu hamil melakukan
antenatal care di Puskesmas Cimanggis Kota Depok [Skripsi]. Jakarta:
Universitas Indonesia; 2012.
Kusmiyati, dkk.
Perawatan ibu hamil. Yogyakarta: Fitramaya; 2008. Prawirohardjo S. Ilmu
Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo; 2008.
Mochtar, R. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri
Patologis. Jakarta : EGC; 2001.
Manuaba, Ida Bagus Gede Ilmu Kebidanan Kandungan dan Keluarga Berencana,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta,
2001.
Nugroho, Taufan. Kasus Emergency Kebidanan.
Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.
Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.
Saifuddin AB. Pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo; 2006.
Varney, Helen, dkk. Buku
Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC; 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar