Kamis, 13 Juni 2013

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL UK 13+1 MINGGU DENGAN ABORTUS INKOMPLETUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA Ny. T UMUR 25 TAHUN
G2 P1 A0 HAMIL 13+1 MINGGU DENGAN ABORTUS INKOMPLETUS
DI BANGSAL MELATI RSUD  dr. SOEDIRAN MANGUN
SUMARSO WONOGIRI


Diajukan untuk memenuhi Tugas Praktik Klinik Kebidanan III
Di RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SOEMARSO
WONOGIRI







Disusun oleh :
Niken Retnaningtyas              (10. 03. 144)
Nur Annafi                              (10. 03. 148)
Nur Prasetyowati A                (10. 03. 150)
Venila Fibri Dwi U                 (10. 03. 168)


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN BHAKTI MULIA SUKOHARJO
2013


LEMBAR  PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA Ny. T UMUR 25 TAHUN
G2 P1 A0 HAMIL 13+1 MINGGU DENGAN ABORTUS INKOMPLETUS
DI BANGSAL MELATI RSUD  dr. SOEDIRAN MANGUN
SUMARSO WONOGIRI


Diajukan untuk memenuhi Tugas Praktik Klinik Kebidanan III
Di RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SOEMARSO
WONOGIRI






                                                             Mengetahui CI / PembimbingLahan



Hj. Siti Samsyiah, Amd.Keb


DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL ....................................................................................   i
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................   ii
KATA PENGANTAR  .................................................................................   iii
DAFTAR ISI ................................................................................................   iv
BAB I   PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................   1
B. Tujuan..........................................................................................   2
C. Manfaat .......................................................................................   3
BAB II  TINJAUAN PUSTAKA
A. Kehamilan....................................................................................   5
B. Abortus .......................................................................................   12
C. Abortus Inkompletus...................................................................   13
D. Manajemen Kebidanan................................................................   18
BAB III TINJAUAN KASUS
Asuhan Kebidanan 7 Langkah Varney............................................   22
BAB IV PEMBAHASAN
A. Kesenjangan ................................................................................   41
B. Pembahasan.................................................................................   41
BAB V PENUTUP
A.  Kesimpulan .................................................................................   42
B.  Saran............................................................................................   42
DAFTAR PUSTAKA






BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Kesehatan ibu di Indonesia masih jauh dari yang diharapkan karena masih besarnya angka kematian ibu. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator kesehatan ibu, dewasa ini masih tinggi di Indonesia bila dibandingkan dengan AKI di Negara ASEAN lainnya (Depkes, 2011) dalam Ika fauziah (2012).
Angka kematian ibu merupakan target dalam tujuan pembangunan Millenium (Millenium Development Goals/MDGs) dalam rangka mengurangi tiga per empat jumlah perempuan yang meninggal selama hamil dan melahirkan pada 2015. Di sisi lain penurunan AKI periode 1990-2015 ternyata hanya diperkirakan akan mencapai 52-55% sehingga target MDG’s tentang AKI kemungkinan besar masih sulit dicapai (Bapenas, 2007).
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)  tahun 2010, angka kematian ibu masih cukup tinggi, yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup, tidak mengalami perubahan sejak dilakukan survei tahun 2007. Sedangkan cakupan yang diharapkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) ke-5 tahun 2015 yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup (BKKBN, 2012).
Yang menjadi sebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan (27%), pre-eklampsia atau eklampsia (23%) kemudian infeksi (11%), abortus (5%), komplikasi puerperium (5%), trauma obstetrik (5%), emboli obtetrik (5%), partus lama (5%) dan lain-lain (11%) (Profil Kesehatan Indonesia, 2010).
Perdarahan merupakan penyebab kematian ibu terbanyak. Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan, dan pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus (Sarwono, 2008).
Diwilayah Asia Tenggara, World Health Organization (WHO) memperkirakan 4,2 juta abortus dilakukan setiap tahunnya diantaranya 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Risiko kematian akibat abortus tidak aman di wilayah Asia Tenggara di perkirakan antara satu sampai 250, Negara maju hanya satu dari 3700. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah abortus di Indonesia masih cukup tinggi ( Lusa, 2012).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup diluar kandungan (Nugroho, 2010).
Macam abortus ada 4 yaitu abortus spontan, abortus infeksiosa, Missed Abortion, dan abortus habitualis. Abortus spontan sendiri meliputi abortus imminens, abortus insipiens, abortus inkomplit, dan abortus komplit
Abortus inkompletus ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Terjadi ketika plasenta tidak dikeluarkan bersama janin pada saat terjadi aborsi (Varney, 2007).
Komplikasi abortus jika tidak ditangani dapat terjadi perdarahan, perforasi, infeksi dan syok.
Dilihat dari besarnya dampak yang diakibatkan oleh abortus, maka penulis ingin mengambil kasus dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. T G2 P1 A0 UMUR 25 TAHUN HAMIL 13+1 MINGGU DENGAN ABORTUS INKOMPLETUS DI BANGSAL MELATI RSUD WONOGIRI“

B.       Tujuan
1.         Tujuan Umum 
Mahasiswa mampu memahami dan mengkaji mengenai abortus yang terjadi pada ibu hamil dan  mampu melaksanakan asuhan pada ibu hamil patologi dengan abortus inkompletus secara komprehensif menggunakan manajemen 7 langkah Varney.
2.         Tujuan Khusus
a.         Mengkaji data subyektif dan data obyektif pada ibu hamil dengan abortus inkompletus.
b.         Menginterpretasikan data dasar dan merumuskan diagnosa kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkompletus.
c.         Menentukan diagnosa potensial pada ibu hamil dengan abortus inkompletus.
d.        Menentukan tindakan segera pada ibu hamil dengan abortus inkompletus.
e.         Membuat rencana asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkomplietus.
f.          Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkompletus.
g.         Mengevaluasi tindakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkompletus.
h.         Mengetahui kesenjangan antara teori dengan lahan setelah dilakukan tindakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkompletus.

C.      Manfaat
1.         Bagi Masyarakat khususnya ibu hamil
Dapat digunakan sebagai landasan akan pentingnya Antenatal Care selama kehamilan terutama berkaitan dengan konseling aktifitas, kebersihan dan pola seksual ibu sehari-hari.
2.         Bagi Tenaga Kesehatan / Rumah Sakit
Dapat menambah wawasan bagi tenaga kesehatan, sehingga dapat mengenali secara dini tanda-tanda bahaya kehamilan.
3.         Bagi Institusi Pendidikan
Menambah ilmu pengetahuan tentang asuhan kebidanan ibu hamil patologi umur kehamilan 13+1  minggu dengan Abortus inkompletus dan memperkaya referensi sebagai bahan referensi.
4.         Bagi Instansi Kesehatan
Dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dalam penanganan klien, terutama ibu hamil dengan abortus inkompletus.
5.         Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkompletus.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.      Kehamilan
1.         Definisi
Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi, sehingga terbentuknya bayi dalam waktu 280 hari atau 40 minggu (Prawirohardjo, 2008).
2.         Sebab-Sebab yang Menimbulkan Kehamilan
Menurut Kusmiyati, dkk (2008), untuk terjadinya kehamilan harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi), dan nidasi (implantasi) hasil konsepsi.
a.         Spermatozoa
Spermatozoa atau sel sperma adalah sel dari sistem reproduksi laki-laki. Spermatozoa terdiri dari 3 bagian yaitu kaput (kepala), ekor yang berguna untuk bergerak, bagian silindrik, menghubungkan kepala dan ekor. Pada saat coitus kira-kira 3-5 cc semen ditumpahkan ke dalam fornik posterior, dengan jumlah spermatozoa sekitar 200-500 juta. Dengan gerakan ekornya sperma masuk ke dalam kanalis servikalis. Di dalam rongga uterus dan tuba gerakan sperma terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot pada organ tersebut.
b.        Ovum
Ovum atau sel telur adalah sel reproduksi yang dihasilkan dari ovarium pada wanita. Merupakan sel terbesar pada badan manusia. Setiap bulan satu ovum atau kadang-kadang lebih menjadi matur, dengan sebuah penjamu mengelilingi sel pendukung.
c.         Konsepsi
Yaitu pertemuan antara sperma dan sel telur yang menandai awal kehamilan. Pada waktu ovulasi, sel telur yang telah masak dilepaskan dari ovarium. Ovum yang lepas oleh ovarium dibawa oleh mikrofilamen fimbria infundibulum tuba ke arah ostium tuba abdominalis dan disalurkan ke arah medial. Jutaan spermatozoa ditumpahkan di fornik vagina dan sekitar porsio pada waktu koitus. Hanya beberapa ratus ribu spermatozoa dapat terus ke kavum uteri dan tuba, dan hanya beberapa ratus dapat sampai ke bagian ampula tuba, spermatozoa dapat memasuki ovum yang telah dibuahi. Hanya satu spermatozoa yang mempunyai kemampuan untuk membuahi ovum. Penyatuan ovum dam spermatozoa yang berlangsung di ampula tuba mengalami penetrasi. Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot dan pembelahan selanjutnya. Dalam 3 hari terbentuk kelompok sel yang sama besarnya yang berada dalam stadium morula (Prawirohardjo, 2008).
d.        Nidasi (implantasi)
Nidasi adalah penempelan blastosis ke dinding rahim, yaitu pada tempatnya tertanam. Pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula disebut blastokista yang diselubungi oleh suatu simpai disebut trofoblas. Trofoblas antara lain menghasilkan hormon human chorionic gonadotropin (hCG). Umumnya nidasi terjadi di dinding depan atau belakang uterus, dekat pada fundus uteri. Selanjutnya hasil konsepsi akan bertumbuh dan berkembang di dalam endometrium (Prawirohardjo, 2008).
3.         Macam-Macam Kehamilan
Kehamilan dibagi menjadi 2, yaitu :
a.    Kehamilan fisiologi
Merupakan masa kehamilan dimulai hasil dari konsepsi sampai lahirnya janin tanpa adaya komplikasi maupun kelainan yang berhubungan langsung dengan kehamilan. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Saifuddin, dkk, 2006).
b.    Kehamilan patologi
Menurut Suparyanto (2011), Patologi kehamilan adalah penyulit atau gangguan atau komplikasi yang menyertai ibu saat hamil. Komplikasi yang berhubungan dalam kehamilan yaitu
1)        Hyperemesis gravidarum
2)        Mola hidatidosa
3)        Kelainan lamanya kehamilan
4)        Kehamilan ganda
5)        Kelainan air ketuban
6)        Abortus
7)        Kehamilan ektopik terganggu
8)        Hipertensi dan pre eklampsia atau eklampsia
4.         Tanda-Tanda Kehamilan
Tanda kehamilan merupakan perubahan fisiologi pada ibu atau seorang perempuan yang mengindikasikan bahwa ia telah hamil (Prawirohardjo, 2008). secara klinis tanda-tanda kehamilan dapat dibagi dalam 2 kategori yaitu tanda yang tidak pasti dan tanda kepastian hamil, antara lain :
a.         Tanda tidak pasti (probable signs) atau tanda mungkin kehamilan
Tanda tidak pasti kehamilan adalah karakteristik- karakteristik fisik yang bisa dilihat, diukur oleh pemeriksa dan lebih spesifik dalam hal perubahan psikologis yang disebabkan oleh kehamilan, meliputi :
1)        Amenorhea, adalah terlambat haid yang bisa disebabkan oleh beberapa faktor.
2)        Mual dan muntah
3)        Mastodinia, adalah rasa kencang dan sakit pada payudara disebabkan payudara membesar karena pengaruh estrogen dan progesteron.
4)        Quickening, adalah persepsi gerakan janin pertama.
5)        Keluhan kencing
Frekuensi kencing bertambah dan sering kencing malam, disebabkan karena desakan uterus yang membesar dan tarikan oleh uterus ke kranial.
6)        Konstipasi, terjadi karena efek relaksasi progesteron atau karena perubahan pola makan.
7)        Perubahan berat badan
8)        Perubahan temperatur basal, terjadi kenaikan temperatur basal lebih dari 3 minggu.
9)        Perubahan warna kulit
10)    Perubahan payudara
11)    Perubahan pada uterus
12)    Tanda piskacek’s, terjadinya pertumbuhan yang asimetris pada bagian uterus yang dekat dengan implantasi plasenta.
13)    Perubahan-perubahan pada serviks
(1)     Tanda Hegar, berupa perlunakan pada daerah isthmus uteri.
(2)     Tanda Goodell’s, serviks terasa lebih lunak.
(3)     Tanda Chadwick, dinding vagina mengalami kongesti, warna kebiru-biruan.
(4)     Tanda Mc Donald, yaitu fundus uteri dan serviks bisa dengan mudah difleksikan satu sama lain.
14)    Terjadi pembesaran abdomen
15)    Kontraksi uterus, tanda ini muncul belakangan dan pasien mengeluh perutnya kencang, tapi tidak disertai rasa sakit.
16)    Pemeriksaan tes biologis kehamilan
Pada pemerksaan ini hasilnya positif, dimana kemungkinan positif palsu.
b.        Tanda pasti kehamilan
Tanda  pasti hamil adalah penemuan-penemuan keberadaan secara jelas adanya buah kehamilan sehingga tidak bisa dijelaskan dengan kondisi kesehatan yang lain.
1)        Denyut jantung janin (DJJ) untuk memastikan kesejahteraan janin.
2)        Palpasi abdomen untuk memastikan letak/posisi janin dan gerakan janin (Kusmiyati ,dkk, 2008).
5.         Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehamilan
a.         Faktor fisik
Faktor fisik merupakan penentuan dan dugaan terhadap kehamilan yang terkait dengan pengetahuan tentang awal kehamilan (Prawirohardjo, 2008).
b.        Status kesehatan/ penyakit
Status kesehatan berpengaruh terhadap kehamilan karena menjadi dasar dalam identifikasi faktor resiko pada kehamilan. Ada 2 klasifikasi dasar yang berkaitan dengan status kesehatan yang dialami ibu hamil yaitu :
1)        Penyakit akibat langsung pada kehamilan
Merupakan penyakit yang berpengaruh terhadap kondisi kehamilan, yaitu: hyperemesis gravidarum, preeklampsia/ eklampsia, kelainan lamanya kehamilan, kehamilan ektopik, kelainan plasenta, perdarahan antepartum, gemelli.
2)        Penyakit tidak langsung berhubungan pada kehamilan
Merupakan penyakit tidak langsung berhubungan pada kehamilan, yaitu penyakit atau kelainan alat kandungan, penyakit kardiovaskuler, penyakit darah, penyakit saluran nafas, penyakit traktus digestivus, penyakit hepar, penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit saraf dan penyakit menular (Kusmiyati, dkk, 2008).


c.         Gizi
Faktor gizi sangat berpengaruh terhadap status kesehatan ibu selama hamil serta guna pertumbuhan dan perkembangan janin. Antara lain dengan pemenuhan zat gizi yaitu asam folat, energi atau karbohidrat, protein, zat besi (Fe), kalsium, suplemen vitamin D, yodium (Kusmiyati, dkk, 2008).
d.        Gaya Hidup
Seperti kebiasaan minum jamu yang beresiko bagi kehamilan, karena dapat membahayakan tunbuh kembanng janin seperti kecacatan, abortus, BBLR, partus prematurus, asfiksia neonatorum, kematian janin. Selain itu, mitos, kepercayaan, aktivitas seksual, pekerjaan atau aktivitas sehari-hari juga termasuk dalam gaya hidup yang berpengaruh dalam kehamilan (Kusmiyati, dkk, 2008).
e.         Substance Abuse
Substance abuse adalah perilaku yang merugikan atau membahayakan bagi ibu hamil, seperti penggunaan obat-obat selama hamil merokok, alkohol atau kafein, ketergantungan obat, sinar radiasi (Kusmiyati, dkk, 2008).
1)        Kehamilan di luar nikah dan kehamilan tidak diinginkan.
2)        Kehamilan dengan kematian janin dalam kandungan (Kusmiyati, dkk, 2008).
f.         Faktor Psikologis atau kelainan jiwa dalam kehamilan
Ada beberapa keadaan spesifik dalam kehamilan yang mungkin juga menimbulkan kelainan jiwa atau gangguan psikologis misalnya hyperemesis grvidarum, abortus, pre eklampsia atau eklampsia (Kusmiyati, dkk, 2008).

6.         Tanda Bahaya Kehamilan
Kehamilan merupakan hal yang fisiologis, namun kehamilan yang normal dapat berubah menjadi patologi (Kusmiyati, dkk, 2008). Salah satu asuhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menapis adanya resiko ini yaitu melakukan pendeteksian dini adanya komplikasi atau penyakit yang mungkin terjadi selama hamil muda.
Menurut Cibermed (2006) kelainan pembentukan organ (malformasi) paling banyak terjadi pada trimester pertama kehamilan yang merupakan merupakan masa-masa pembentukan organ dimana embrio sangat rentan terhadap efek obat-obatan atau virus. Menurut Manuaba (2008) gawat darurat pada hamil muda antara lain terjadi hyperemesis gravidarum, abortus, kehamilan ektopik, dan mola hidatidosa.
Menurut Salmah (2006) yang perlu diketahui pasien dan keluarga untuk mengenal tanda bahaya kehamilan pada trimester 1 dan 2 yaitu perdarahan yang keluar dari jalan lahir, hiperemesis, preeklamsi dan eklamsia, ketuban pecah dini, dan gerakan janin yang tidak dirasakan. Adapun salah satu  tanda bahaya yang penulis  uraikan di sini adalah  perdarahan yang keluar dari jalan lahir,  yang bisa terjadi pada trimester 1 dan 2 kehamilan dapat  dibedakan menjadi: abortus yaitu pengakhiran kehamilan dengan cara apapun sebelum janin cukup berkembang untuk dapat hidup di luar kandungan. Ada beberapa bentuk abortus yaitu abortus imminens, abortus insipien, abortus inkomplit, abortus komplit, abortus infeksius, missed abortion; plasenta previa yaitu keadaan ketika plasenta terletak di tempat yang tidak normal yaitu di segmen bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri interna. Plasenta previa terdiri dari plasenta previa totalis, plasenta previa lateralis, plasenta previa marginalis, plasenta letak rendah; dan solusio plasenta yaitu  peristiwa terlepasnya plasenta dari tempatnya yang normal sebelum anak lahir. Dari uraian tersebut  akan dijelaskan lebih lanjut mengenai tanda bahaya perdarahan hamil muda  yaitu tentang abortus khususnya abortus inkomplit.



B.       Abortus
1.         Pengertian
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup diluar kandungan (Nugroho, 2010).
2.         Macam-macam
a.         Abortus Spontan
Adalah terminasi kehamilan sebelum periode viabilitas janin atau sebelum gestasi minggu ke 20 atau berat badan 500 gram (Varney, 2007).
Abortus spontan dibagi menjadi:
1)        Abortus Imminens
Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan. (Syaifudin, 2006)
2)        Abortus Insipiens
Ialah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi servik uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. (Varney, 2007).
3)        Abortus Inkompletus
Ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Terjadi ketika plasenta tidak dikeluarkan bersama janin pada saat terjadi aborsi (Varney, 2007).
4)        Abortus Kompletus
Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri (Saifuddin, 2006).
b.        Abortus Infeksiosa
Adalah abortus yang diserta komplikasi infeksi. Adanya penyebaran kuman atau toksin kedalam sirkulasi dan kavum peritoneum dapat menimbulkan septikemia, sepsis atau peritonitis. Atau disebut juga abortus yang disertai infeksi pada genetalia sedang (Sarwono, 2008).
c.         Missed Abortion (Retensi Janin Mati)
Perdarahan pada kehamilan muda disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati hingga 8 minggu atau lebih. Kematian janin berusia 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih (Sarwono, 2008)
d.        Abortus Habitualis
Ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut (Manuaba, 2001).

C.      Abortus Inkompletus
1.         Pengertian
Abortus inkompletus adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum, perdarahannya masih terjadi dan jumlahnya bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus (Saifuddin, 2006).
2.         Etiologi
Penyebab keguguran sebagian tidak diketahui secara pasti tetapi terdapat beberapa faktor sebagai berikut :
a.         Faktor pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan. Gangguan pertumbuhan dapat terjadi karena:



1)        Kelainan kromosom
Kelainan yang sering terjadi pada abortus spontan ialah: trisomi poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks (Sarwono, 2008).
2)        Lingkungan kurang sempurna
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna, sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
3)        Pengaruh dari luar
Radiasi, virus, obat-obatan dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen (Sarwono, 2008).
b.        Kelainan pada placenta
Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenasi placenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin.Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun. (Sarwono, 2008) Gangguan pembuluh darah placenta, di antaranya pada DM  (Manuaba, 2001).
c.         Penyakit ibu
Penyakit mendadak seperti tifus abdominalis, pielonefritis, malaria dan lain-lain dapat menyebabkan abortus toxic, virus dan plasmodium dapat melalui placenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin kemudian terjadilah abortus. Anemia berat, keracunan, toksoplasmosis juga dapat menyebabkan abortus walaupun lebih jarang (Sarwono, 2008).
d.        Kelainan tractus genitalis
Retroversio uteri, mioma uteri atau kelainan bawaab uterus dapat menyebabkan abortus.Tetapi harus diingat bahwa retroversio uteri gravidi inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan penting. Sebab lain abortus ialah servik inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada servik, dilatasi berlebihan, amputasi atau robekan servik luas yang tidak dijahit.
3.         Gambaran klinis
a.       Terlambat haid atau amenorrhea kurang dari 20 minggu.
b.      Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tapak lemah, kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, tekanan nadi cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
c.       Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi.
d.      Rasa mulas atau kram perut di daerah sympisis, sering nyeri pinggang akibat kontraksi uterus.
e.       Pemeriksaan dalam :
1)      Servik masih membuka, mungkin teraba jaringan sisa
2)      Perdarahan mungkin bertambah setelah pemeriksaan dalam
f.       Pembesaran uterus sesuai usia kehamilan
g.      Tes kehamilan mungkin masih positif akan tetapi kehamilan tidak dapat dipertahankan (Manuaba, 2001).
4.         Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut (Nugroho, 2010).
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan.
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blighted ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus ( Mochtar, 2001).
5.          Komplikasi abortus
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi dan syok.
a.         Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
b.        Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam  posisi hiperrentrofleksi.
c.           Infeksi
Pada abortus septic virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke miometrium, tuba, parametrium dan peritoneum. Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis dan kemungkinan diikuti oleh syok.
d.        Syok
Pada abortus biasanya terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat (Sarwono, 2008).
6.         Penatalaksanaan Abortus inkompletus
a.         Bila disertai syok karena perdarahan segera pasang infuse dengan cairan NaCl fisiologis atau cairan Ringer Laktat, bila perlu disusul dengan transfuse darah.
1)        Setelah syok teratasi, lakukan kerokan.
2)        Pasca tindakan berikan injeksi metil ergometrin maleat intra muscular untuk mempertahankam kontraksi otot uterus.
3)        Perhatikan adanya tanda – tanda infeksi.
4)        Bila tak ada tanda – tanda infeksi berikan antibiotika prifilaksis (ampisilin 500 mg oral atau doksisiklin 100 mg).
5)        Bila terjadi infeksi beri ampisilin I g dan metronidazol 500 mg setiap 8 jam. Abortus komplit tidak memerlukan pengobatan khusus, cukup uterotonika atau kalau perlu antibiotika.
6)        Apabila kondisi pasien baik, cukup diberikan tablet ergometrin 3×1 tablet/hari untuk 3 hari (Nugroho, 2010).
b.         Apabila pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet sulfas Ferosus 600 mg/hari selama 2 minggu disertai anjuran mengkonsumsi makanan bergizi (susu, sayuran segar, ikan, daging, telur). Untuk anemia berat berikan transfusi darah.
7.         Peran Bidan pada kehamilan dengan abortus
Peran bidan pada ibu dengan abortus terdapat dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor 369. Disini bidan perlu memiliki pengetahuan dasar diantaranya :.
a.         Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan/abortus.
b.        Adaptasi psikologis ibu sesudah bersalin dan abortus.
c.         Indikator subinvolusi: misalnya perdarahan yang terus-menerus, infeksi.
d.        Kebutuhan asuhan dan konseling selama dan sesudah abortus.
e.         Tanda dan gejala komplikasi abortus.
Dan bidan perlu memiliki keterampilan dasar diantaranya :
a.         Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang terfokus, termasuk keterangan rinci tentang kehamilan, persalinan dan kelahiran.
b.        Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus pada ibu.
c.         Pengkajian involusi uterus serta penyembuhan perlukaan/luka jahitan.
d.        Menyusun perencanaan.
e.         Mengidentifikasi infeksi pada ibu, mengobati sesuai kewenangan atau merujuk untuk tindakan yang sesuai.
f.         Melakukan kolaborasi atau rujukan pada komplikasi tertentu.
g.        Memberikan antibiotika yang sesuai.
h.        Mencatat dan mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakukan.

D.      MANAJEMEN KEBIDANAN
1.         Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien.
Manajemen kebidanan menyangkut pemberian pelayanan yang utuh dan menyeluruh dari kepada kliennya, yang merupakan suatu proses manajemen kebidanan yang diselenggarakan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas melalui tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang disusun secara sistematis untuk mendapatkan data, memberikan pelayanan yang benar sesuai dengan keputusan tindakan klinik yang dilakukan dengan tepat, efektif dan efisien.
2.         Standar 7 langkah varney
Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah yang biasa disebut dengan 7 langkah Varney yang berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu karangan lengkap yang dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih rinci dan ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut :
a.         Langkah I (Pertama) : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara:


1)        Anamnesa
2)        Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital
3)        Pemeriksaan khusus
4)        Pemeriksaan penunjang     
Data harus dikumpulkan secara lengkap yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien, yaitu :
1)        Riwayat kesehatan
2)        Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya.
3)        Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya.
4)        Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi.
b.        Langkah II (Kedua) : Interprestasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atau data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik dan apabila ditemukan masalah dapat segera ditentukan kebutuhan yang diperlukan berdasarkan masalah.
c.         Langkah III (Ketiga) : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada masalah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.
d.        Langkah IV (Keempat) : Identifikasi Tindakan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.
e.         Langkah V ( kelima ) : Merencanakan Asuhan Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan lanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya apa yang sudah diidentifikasikan dari kondisi klien atau dari siapa masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial, ekonomi, kultural atau masalah psikologis. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
f.         Langkah VI (Enam) : Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan sepenuhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya : memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana).
g.        Langkah VII (Ketujuh) : Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan, apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif (Dian, 2012).



DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. BKKBN 2012. 18 Mei 2012. [Diakses tanggal 15 Januari 2013].  Didapat dari: http://www.analisadaily.com/news/read/2012/05/18/51132/
bkkn_angka_kematian_ibu_terus_menurun/#.UPVA56z-11I
Anonymous. Permenkes 369 tahun 2007 tentang standar bidan. [Diakses tanggal 10 Maret 2013]. Didapat dari: http://viorenshaflody.blogspot.com/2012/01/permenkes-369-th-2007-tentang-standar.html
Dian. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny “F” Dengan Abortus Inkomplit. [Diakses 10 Maret 2013]. Didapat dari: http//dianlatif90. Blogspot.feeds.
Ika Fauziah Priani. Faktor- faktor yang mempengaruhi keteraturan ibu hamil melakukan antenatal care di Puskesmas Cimanggis Kota Depok [Skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia; 2012.
Kusmiyati, dkk. Perawatan ibu hamil. Yogyakarta: Fitramaya; 2008. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo; 2008.
Mochtar, R. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologis. Jakarta : EGC; 2001.
Manuaba, Ida Bagus Gede Ilmu Kebidanan Kandungan dan Keluarga Berencana,    Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2001.
Nugroho, Taufan. Kasus Emergency Kebidanan. Yogyakarta: Nuha  Medika; 2010.
Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.
Saifuddin AB. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo; 2006.
Varney, Helen, dkk. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC; 2007.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar